Adapun jikalau raja berangkat Hari Raya, berusung; penghulu bendahari memegang kepala usungan, dan yang dari kanan temenggung memegang usungan, yang di kiri kepala usungan (Laksamana), yang dari belakang kepala abintara keduanya memegang dia. Yang betul rantai dekat lutut raja itu Laksamana memegang dia yang dari kanan, Seri Bija al-Diraja memegang dia yang dari kiri. Maka segala abintara dan hulubalang berjalan dahulu di hadapan raja, masing-masing dengan jawatannya.
Maka alatan kerajaan dibawa orang berjalan di hadapan raja, tombak kerajaan sebatang dari kanan, sebatang dari kiri. Di hadapan raja segala alat itu. Segala abintara yang memikul pedang di hadapan segala orang berlembing. Adapun cogan namanya di hadapan raja dan di hadapannya gendang, nagara dari kanan raja, nafiri dari kiri, kerana pada berjalan lebih kanan daripada kiri; pada kedudukan lebih kiri daripada kanan.
Bermula jikalau pada malam dua puluh tujuh (Ramadhan), tatkala pada siangnya mengarak sejadah ke masjid, temenggung mengepalakan gajah. Maka puan dan segala alat-alat raja, gendang-gendang semuanya dibawa ke masjid. Setelah malam maka raja pun berangkat ke masjid seperti istiadat hari raja sembahayang Isyak, lalu Tarawih, sudah itu maka berangkat kembali.
Setelah esok harinya maka Laksamana mengarak syarban kerana adat raja Melayu berangkat ke masjid bersyarban; dan berbaju jubah itu pakaian larangan, maka tiada dapat dipakai orang kahwin, melainkan barang siapa yang beroleh karunia, maka dapat memakai dia. Dan memakai cara Keling tatkala kahwin atau sembahyang Hari Raya - barang siapa orang yang sedia pakaiannya dapatlah dipakainya.
Setelah Hari Raya kecil atau besar maka bendahara dan segala orang besar-besar pun masuklah ke dalam, maka usungan pun diarak masuk dari rumah penghulu bendahari. Setelah melihat usungan masuk maka segala orang yang duduk di balai habis turun, Maka raja pun beraraklah, dari dalam ke luar, dari dalam di atas gajah, lalu ke astaka. Maka raja pun naik ke astaka.
Setelah segala orang melihat raja maka semuanya duduk di tanah. Maka usungan itu pun terkepil di astaka. Maka bendahari segera naik menyambut raja, naik ia ke usungan, maka berangkatlah ke masjid, maka seperti perintah yang tersebut dahulu itu. Inilah istiadat bagi diperbenar - jikalau barang jahatnya harus diperbaiki. Barang siapa yang ada ingat akan ceriteranya jangan kiranya fakir diperkejikan.
Sejarah Melayu oleh Tun Seri Lanang
